0
Home  ›  Tajwid

Ibtida

Ibtida

Ibtida’

Berlanjut dari pembahasan Waqaf dan washal, kali ini menuju pembahasan Ibtida‘. Secara etimologis, ibtida‘ (ابتدأ) mempunyai akar kata dari bada’a (بدأ) yang artinya memulai. Dalam redaksi lain disebutkan bahwa ibtida’ berarti memulai sesuatu. Menurut Ismail, ibtida’ ialah memulai pembacaan kembali sesudah menghentikannya seketika untuk mengambil nafas. Adapun secara terminologis, ibtida’ berarti memulai bacaan setelah berhenti atau waqaf. Menurut Ulama Qurra’, ibtida’ adalah memulaimembaca Al-Qur’an baik memulai dari awal maupun meneruskan bacaan yang semula dihentikan. Bedasarkan uraian definisi tentang ibtida’ baik ditinjau dari aspek etimologis maupun terminologis, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ibtida’ dapat dipahami sebagai permulaan bacaan setelah berhenti atau waqaf. Dengan demikian, ibtida’ merupakan kajian ilmu tajwid yang sangat penting. Oleh sebab itu, bagi orang yang belajar qira’ah harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu tajwid terutama tentang ibitda.

Klasifikasi Ibtida’

Mengetahui ibtida’ itu harus lebih hati-hati dari pada waqaf, karena waqaf itu masih bisa berhenti di mana saja apabila dalam keadaan darurat. Lain halnya dengan ibtida’ yang tidak boleh seenaknya saja memulai bacaan, tetapi harus memilih dari perkataan yang mafhum. Karena apabila ibtida di mulai tanpa di dasari memahami makna itu sendiri akan merusak susunan dan makna Al-Qur’an. Secara garis besar, ibtida dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :

Ibtida jaiz

Ibtida’ jaiz yaitu ibtida’ dari kalimat yang jelas maknanya atau sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT.

Ibtida’ Tamm

Ibtida’ dapat diklasifikasikan ke dalam empat bagian yang salah satu di antaranya adalah ibtida’ tamm. Ibtida’ tamm adalah memulai bacaan yang tidak ada hubungannya dengan kalimat sebelumnya baik dari segi lafadz maupun makna. Contohnya :

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (QS. al-Hijr : 9).

Ibtida’ Kafi

Ibtida’ kafi ialah memulai bacaan dari satu kalimat yang mempunyai hubungan arti dengan lafadz sebelumnya. Contoh :

خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

Ibtida’ Hasan

Ibtida’ hasan adalah memulai bacaan dengan kalimat yang masih ada hubungan dengan kalimat sebelumnya, namun lafadznya bagus jika dimulai dengannya. Contoh:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ

Ibtida’ Qabih

Ibtida’ qabih ialah memulai bacaan dengan kalimat yang merusak makna disebabkan sangat eratnya hubungan terhadap kalimat sebelumnya. Contoh QS. Huda : 53

قَالُوْا يٰهُوْدُ مَاجِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَّمَا نَحْنُ بِتَارِكِيْٓ اٰلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِيْنَ

dan QS. al-Taubah : 31 adalah sebagai berikut :

وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ِۨابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِاَفْوَاهِهِمْۚ يُضَاهِـُٔوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُ ۗقَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۚ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ

Ibtida’ ghairu jaiz

Ibtida’ ghairu jaiz yaitu ibtida’ dari kalimat yang dapat merusak atau merubah makna kalimat. Ibtida’ ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :

Ibtida’ dari perkataan yang masih berkaitan dengan kalimat sebelumnya baik lafadz maupun maknanya seperti :

تَبَّتۡ يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ

Artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa” (QS. Al-Lahab : 1)

Ibtida’ dari perkataan yang mendatangkan makna yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT atau menyalahi aqidah seperti :

وَقَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدًا

Maka Ibtida’ tentu memiliki sedikit kesamaan seperti halnya Waqaf dalam hal pembagiannya. Dan berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ibtida’ itu tidak boleh kecuali dengan awalnya huruf suatu lafadz. Ibtida’ juga tidak boleh kecuali dengan huruf yang hidup. Oleh sebab itu, apabila terdapat lafadz yang huruf pertamanya disukun (mati), maka haruslah didatangkan kepadanya hamzah washal agar bisa diucapkan. Dan tentunya juga ibtida, waqaf, washal, saktah, dan qoth’u sangatlah berkaitan satu sama lain agar tidak salah di fahami seperti halnya memahami waqaf dan saktah itu sendiri. Itulah sedikit mengenai ibtida‘ yang tuisanguru.com bisa paparkan, semoga bermanfaat.

Mau donasi lewat mana?

BRI - Saifullah (05680-10003-81533)

JAGO - Saifullah (1060-2675-3868)

BSI - Saifullah (0721-5491-550)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS