0
Home  ›  Kisah  ›  PAI  ›  SD  ›  Tokoh

Biografi Singkat Sunan Kudus

"Biografi Wali Songo yang ke lima adalah Biografi Singkat Sunan Kudus. Seperti halnya dengan wali-wali lainnya, Sunan Kudus menggunakan pendekatan sen"

Biografi Singkat Sunan Muria

Biografi Singkat Sunan Kudus

Setelah Biografi Singkat Sunan Drajat, Biografi Wali Songo yang  ke lima adalah Biografi Singkat Sunan Kudus. Seperti halnya dengan wali-wali lainnya, Sunan Kudus menggunakan pendekatan seni dan budaya dalam berdakwah. Beliau juga tidak melakukan perlawanan keras saat berdakwah melainkan menghargai dan menoleransi budaya setempat. Hasilnya, secara perlahan masyarakat meninggalkan agamanya dan memeluk agama Islam.

Biografi Sunan Kudus

Ja’far Shadiq Azmatkhan atau Sunan Kudus merupakan putra dari Usman Haji bin Ali Murtadha yang merupakan saudara kandung Sunan Ampel. Sunan Kudus juga merupakan cucu buyut dari Syekh lbrahim As-Samarkandi dan silsilah keluarganya bersambung sampai Rasulullah SAW. Sunan Kudus belajar ilmu agama kepada ayahnya, yaitu Raden Usman Haji atau Sunan Ngudung. Selain itu, ia juga berguru kepada Kyai Telinsing, seorang Tionghoa muslim bernama asli The Ling Sing, seorang mubalig yang datang bersamaan dengan Laksamana Cheng Ho ke pulau Jawa untuk menyebarkan Islam ke sejumlah daerah. Ja’far Shadig juga belajar di Ampel Denta untuk mendalami agama Islam.

Sunan Kudus juga pernah mengembara ke berbagai negeri dari tanah Hindustan sampai ke tanah suci Makkah dalam rangka beribadah haji. Pada saat muda, Ja’far Shadiq pernah diangkat menjadi senopati atau panglima Kerajaan Demak menggantikan Sunan Ngudung, ayahnya. la diberikan tugas memperluas wilayah Kerajaan Demak sebagai pusat pengembangan islam di masa akhir Majapahit. Sunan Kudus juga pernah diangkat sebagai imam besar Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan Mesjid Kerajaan Islam Demak yang menjadi pusat dakwah dan pengaderan para penyebar Islam dan Jabatan lain yang pernah diemban oleh Sunan Kudus saat di Demak, yaitu diangkat sebagai qadhi atau hakim di Kesultanan Demak. Namun pada saat pecahnya perselisihan di Kerajaan Demak dan wafatnya Sultan Trenggono, Sunan Kudus memutuskan untuk pindah ke Kudus untuk mengembangkan dakwah islam yang ramah. Di Kudus, Ja’far tidak lagi disibukkan oleh urusan pemerintahan sehingga bisa fokus dalam menjalankan dakwah Islam. Wilayah Kudus sebelumnya bernama Desa Tajug yang menjadi daerah dakwahnya Kyai Telinsing, guru Sunan Kudus. Guru Sunan Kudus tersebut giat menyebarkan dakwah Islam dan juga mengajari penduduk ilmu pertukangan dan seni mengukir sehingga saat Sunan Kudus pindah dari Demak ke Tajug, sebagian penduduknya sudah memeluk agama Islam. Kepindahannya ke Kudus menyebabkan gelar Sunan Kudus melekat dalam diri Ja’far Shadiq.

Dalam dakwahnya, Sunan Kudus menggunakan pendekatan seni dan budaya sebagaimana yang dilakukan oleh Wali Songo lainnya. Sunan Kudus tidak melakukan perlawanan keras melainkan menghargai dan mentoleransi budaya setempat. Bersama masyarakat, ia membangun masjid, menara Kudus, dan Padasan atau tempat wudhu dengan arsitektur yang mengadopsi ajaran Hindu-Buddha. Dakwah Sunan Kudus disampaikan dengan tutur bahasa yang santun dan akhlak mulia. Selain menyampaikan ajaran Islam, Sunan Kudus juga mengajarkan hal-hal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, seperti pandai besi dan alat-alat pertukangan lainnya. Tidak diketahui pasti tahun wafatnya Sunan Kudus, namun beliau dimakamkan di bagian belakang Masjid Agung Kudus, Kota Kudus, Jawa Tengah.

Peran Sunan Kudus dalam Mengenmbangkan Islam di Indonesia

Sunan Kudus memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

Memelopori toleransi beragama

Di awal dakwahnya ke Kudus, Sunan Kudus mementingkan persatuan masyarakat lokal dengan menghormati pemeluk agama lain. la melarang penyembelihan sapi pada saat pelaksanaan ibadah qurban. Hal ini dilakukan Sagai bentuk toleransi kepada ajaran agama lain yang memosisikan sapi sebagai hewan yang dihormati dan dikeramatkan. Pelarangan tersebut bukan karena dilarang menurut ajaran Islam melainkan penyembelih sapi pada saat itu dapat menimbulkan ketersinggungan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Pangeran Poncowati. Kearifan yang dilakukan Sunan Kudus mengundang kehadiran Pangereran Poncowati menanyakan “Apakah larangan menyembelih sapi oleh Sunan Kudus adalah ajaran aqama Islam? Sapi bukanlah hewan yang diharamkan dan larangan itu disampaikan sebagai penghormatan itu kepada pemelut agama yang menganggap sapi sebagai hewan yang dihormati. jawab Sunan Kudus. Kejadian ini sebagai sebab masuk Islamnya Pangeran Poncowati dan menyerahkan wilayah kerajaan kepada Sunan Kudus. Dalam dakwahnya, Sunan Kudus melakukan hal-hal yang unik untuk menarik perhatian pemeluk agama lain berkumpul di depan masjid.

Misalnya, suatu hari Sunan Kudus membeli sapi yang disebut Kebo Gumiran kepada pedagang asing, sapi tersebut ia biarkan di halaman. Warga Hindu-Buddha yang penasaran dengan apa yang akan dilakukan Sunan Kudus, akhirnya berkumpul di halaman. Sunan Kudus pun bercerita tentang sapi ketika ia masih kecil. la nyaris mati karena haus, kemudian dalam kehausannya datanglah seekor sapi yang kemudian menyusuinya hingga segar lagi. Saat dewasa, demi hormatnya kepada sapi ia melarang masyarakat untuk menyakiti sapi. Pengetahuan Sunan Kudus tentang budaya lokal membuatnya melakukan inovasi-inovasi dalam menyampaikan dakwah lewat budaya yang membuatnya dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat kudus pada zamannya.

Biografi Singkat Sunan KudusMelakukan akulturasi budaya Islam dan budaya lokal

Dalam usahanya menarik Simpati agama lain untuk memeluk Islam, Sunan Kudus melakukan akulturasi budaya dalam arsitektur masjid yang menggabungkan arsitektur lslam dan Hindu-Buddha, antara lain sebagai berikut :

Membangun masjid dan menara Kudus

Sejak meninggalkan Demak dan tinggal di Kudus, Sunan Kudus memulai dakwahnya dengan membangun masjid Aqung Kudus yang besar dan indah. Sebuah inskripsi berbahasa Arab menyebutkan bahwa masjid tersebut dibangun pada tahun 956 H/1549 M. Arsitektur menara kudus yang unik menggambarkan kompromi Islam dengan arsitektur setempat yang bercirikan Hindu sebagai upaya toleransi ajaran Islam di tengah masyarakat yang sudah mapan dalam budayanya. Bangunan menara mempunyai tinggi 18 meter, dengan ukuran dasar persegi 10 x 10 meter. Dihiasi dengan piring keramik bergambar yang berjumlah 32 buah. 20 buah berwarna biru berlukiskan masjid, manusia, unta dan kurma. Sedangkan 12 buah lainnya berwarna putih berlukiskan kembang. Sunan Kudus menyebarkan Islam dengan jalan kebijaksanaan, memadukan arsitektur Islam, Jawa, Hindu-Buddha, dan kebudayaan Tionghoa sehingga mendapatkan simpati dari penduduk setempat yang masih beragama Hindu atau Buddha atau aliran kepercayaan lainnya.

Membangun padasan (tempat wudhu)

Padasan dibangun dengan pancuran berjumlah delapan dan diberikan arca di atasnya. Dalam ajaran Buddha, arca menjadi simbol dalam keyakinan mereka. Terdapat delapan ajaran yang dinamakan asta sanghika marga. (sebuah ajaran cara bersikap dalam kehidupan). Dalam usahanya mencari perhatian orang-orang Hindu-Buddha, Sunan Kudus menarik mereka melalui arsitektur menara dan padasan di sekitarnya hingga membuahkan hasil, lambat laun banyak para pemeluk Hindu-Buddha berdatangan memeluk lslam hingga Kudus menjadi kota penting dalam penyebaran Islam.

Berdakwah lewat seni dan budaya

Dalam menarik simpati masyarakat, Sunan Kudus dikenal memiliki Kebiasaan mengadakan acara Bedug Dandangan, yaitu Sunan Kudus menabuh bedug berkali-kali untuk mengundang para jamaah ke masjid dan mengumumkan hari pertama puasa kepada masyarakat. Tradisi ini masih berlangsung di beberapa daerah Indonesia, baik di Jawa maupun di daerah lain. Sunan Kudus juga menciptakan tembang Maskumambanag dan Mijil. Tembang Mijil berisi tentang alam ruh sebelum manusia dilahirkan, sedangkan Maskumambang berisi pesan agama tentang kelahiran manusia. Tembang dijadikan sebagai media dakwah yang mudah diterima oleh masyarakat.

Sikap Positif dalam Pribadi Sunan Kudus

Dalam usaha menyebarkan dan mengembangkan dakwah Islam di Indonesia, Sunan Kudus patut menjadi teladan dalam sikap positif yang ditunjukkan, antara lain sebagai berikut :

  1. Pemberani | Sunan Kudus adalah mantan prajurit Kerajaan Demak, bahkan sebagai Senopati Kerajaan Demak. la menggantikan Sunan Ngudung, ayahnya yang gugur di medan perang, lalu dialah yang melanjutkan misi Kerajaan Demak. Tidak lama kemudian ia memutuskan untuk mengembara menyebarkan Islam ke daerah Kudus.
  2. Kreatif | Upaya-upaya yang dilakukan Sunan Kudus dalam mengembangkan Islam di Kota Kudus mencerminkannya sebagai sosok yang kreatif dan selalu berpikir mencari cara-cara unik dalam menarik simpati masyarakat agar memeluk Islam, seperti membiarkan sapi di halaman masjid, melarang masyarakat menyembelih sapi, dan memadukan antara budaya Islam, Jawa, Hindu-Buddha, dan Tiongkok dalam arsitektur Menara Kudus, Lawang kembar, dan Padasan.
  3. Seniman | Selain sebagai ulama penyebar Islam, Sunan Kudus juga dikenal pencipta tembang Mijil dan Maskumbang. Tembang adalah puisi tradisonal Jawa yang muncul di akhir Majapahit diciptakan oleh para Wali Songo. Melalui tembang-tembang yang diciptakan dan disebarkan ke masyarakat, Sunan Kudus menyisipkan ajaran Islam sehingga dengan mudah diingat oleh masyarakat.
  4. Santun dan toleran | Jeiak perjalanan Sunan Kudus dalam menyebarkan Islam melalui jalan damai terlihat dari peninggalannya, seperti masjid Menara Kudus menjadi salah satu bukti bahwa Sunan Kudus tidak memaksakan ajaran Islam diterima masyarakat. Sunan Kudus tampil untuk memadukan berbagai budaya dan kearifan lokal. Melalui tutur kata santun ia menyampaikan Islam rahmatan lil älamin atau Islam yang membawa kasih sayang bagi semua lapisan.

Mau donasi lewat mana?

BRI - Saifullah (05680-10003-81533)

JAGO - Saifullah (1060-2675-3868)

BSI - Saifullah (0721-5491-550)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS