0
Home  ›  Kisah  ›  Sejarah  ›  Tokoh

Berebut Tafsir Al-Mahdi

Berebut Tafsir Tentang Al Mahdi
Berebut Tafsir Al-Mahdi

Dari Qurrahbin Ilyas, Rasulullah telah bersabda : “Bumiakan dipenuhi kekejaman, Apabila telah dipenuhi kekejaman maka Allah akan mengutus seorang laki-laki dari umatku yang Namanya seperti namaku, nama bapak nya juga seperti nama bapakku. Ia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi dipenuhi kedurjanaan dan kezaliman. Ketika itu langit tidak menahan hujan turun sedikit pun dan bumi tidak menahan tetumbuhan untuk tumbuh. Ia bersamamu selama tujuh, delapan atau Sembilan tahun”. (HR Thabrani)

Di arikel ini tulisanguru.com - akan membahas mengenai Berebut Tafsir Al-Mahdi, Membincang persoalan kiamat dan tanda-tandanya seakan tidak akan pernah usai. Kita, atau siapa pun hanya bisa mereka dan meraba-raba. Banyaknya riwayat dan keterangan-keterangan menurut agama manapun-masih perkiraan yang kepastian kejadiannya hanya diketahui Allah! Termasuk persoalan lmam Mahdi yang kini telah menjadi topik pembahasan. Ibnu Khaldun, sosiolog Islam terkemuka dalam Muqaddimah, mengemukakan bahwa konsep  Al-Mahdi  di kalangan masyarakat muslim, apa pun warna aliran mazhabnya, terus menjadi bahan perbincangan.

Berlandas pada hadits di atas hampir semua aliran mazhab dalam Islam mengklaim Imam Mahdi berasal dari kalangannya masing-masing. Semua pun beranggapan bahwa pendapatnya paling absah. Umpamanya Syiah menyátakan Imam Mahdi akan keluar dari kalangannnya, padahal menurut mazhab yang lain, Imam Mahdi justru berasal dari kalangan mereka. Alih-alih lafaz rajul (seorang laki-laki) yang terdapat pada hadits di atas adalah muara dari perbedaan pendapat tersebut. Lataz rajul, oleh beberapa ulama setiap mazhab ditafsirkan sebagai Imam Mahdi Dalam Imam Mahdi Figur Keadilan yang dieditori Jaffar al-Jufri menyebutkan bahwa Al-Mahdi adalah seorang berkebangsaan Irak. Ini adalah buku yang mengupas Imam Mahdi versi Syiah. Mereka Juga yakin Imam Mahdi kini sedang bersembunyi dan akan muncul kembali di akhir zaman nanti.

Adapula riwayat dari kalangan Syiah yang menyatakan bahwa Imam Mahdi adalah pengikut Alawiyah (penyokong Ali bin Abi Thalib) dan dari golongan Abbasiyah. Namun mengapa konsep Imam Mahdi oleh banyak kalangan masih menjadi perbincangan dari masa kalangan?. Dan siapakah orang yang 'melestarikan' konsep tersebut hingga menjadi kontroversi? Adalah Kaisan,  seorang penganut fanatik Syiah yang dianggap paling bertanggungjawab memunculkan konsep Imam Mahdi. Mulanya, mantan pembantu Ali bin Abui Thalib tersebut mengatakan bahwa Muhammad bin al-Hanafiah yang masih keturunan Parsi adalah Imam Mahdi. Selain Kaisan, Abdullah bin Saba' yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai mulhid, anti Islam, bersama konco-konconya juga ikut berperan dalam menyebarkan penafsiran tentang Imam Mahdi. Sejarah juga mencatat, beberapa pemberontakan seperti Zanji di Irak, pemberontakan Qaramithah yang dipimpim Hamdan Qarmath atau Hamdan Guru Rahasia dan . pemberontakan al-Bassasiri, yaitu lelaki berkebangsaan Turki yang datang ke Baghdad pada zaman khalifah al-Qaim bi Amrillah dari kalangan Abbasiah merupakan segelintir pergolakan yang timbul akibat konsep Imam Mahdi. Bahkan seperti kita maklumi, sampai kini pun di IndonÄ™sia, seruan-seruan itu masih dapat dijumpai. Beberapa kelompok keagamaan, baik dari kalangan Islam maupun non- Islam kerap membagi-bagikan selebaran ihwal  Al-Mahdi . Akan tetapi Ibnul Qayyim dan Imam As-Syatibi menganggap persoalan Imam Mahdi adalah perkara bid'ah yang disebarluaskan oleh orang-orang yang tidak berilmu dan bertanggungjawab. Konsep Imam Mahdi telah banyak diperkukuh dengan cerita-cerita yang diklaim dari Rasulullah dan Ka'bul Ahbar, seorang pendeta yang telah memeluk agama Islam, tapi sebenarnya adalah misionaris yang memasok kisah-kisah Israiliyat ke dalam kitab-kitab tafsir. Setidaknya ada empat konsep mengenai Imam Mahdi yang ditulis Ibnul Qayyim dalam al-Manar al-Munif fi al-Shahihi wa al-Dha'if :

  • Imam Mahdi adalah Nabi Isa as itu sendiri.
  • Mahdi bin al-Mansur atau Abu Ja'far al-Mansur, khalifah Bani Abbasiah oleh kalangan Bani Abbasiah diyakini sebagai Imam Mahdi
  • Imam Mahdi dari keturunan Rasulullah saw melalui cucunya Al-Hasan putera Ali bin Abu Thalib yang akan keluar di akhir zaman.
  • Muhammad bin al-Hasan al-Askari yang menghilangkan diri dan akan muncul sebagai Imam Mahdi di akhir zaman kelak.

Namun menurut Hasan al-Askari dalam beberapa riwayat Syiah, Imam Mahdi bukanlah dirinya.  Al-Mahdi  bernama lengkap Muhammad  Al-Mahdi  yang dilahirkan di kota Samarra, Irak menjelang terbit fajar subuh, hari Jum at, tanggal 15 Sya'ban tahun 255 Hijriah. Ibunya bernama Narjis binti Yasyu'a bin Qaishar raja Romawi. Narjis masih ke turunan al-Hawariyyun yang nasabnya bersam bung ke Syam'un-seorang pengemban wasiat Nabi Isa al-Masih.

Tidak dijelaskan proses persalinan tokoh penumpas Dajal itu. Hanya saja banyak riwayat Syiah menceritakan, Hakimah binti Muhammad al-Jawad adalah orang yang menemani persalinan isteri Hasan al-Askari sewaktu melahirkan bayi mereka, al-Mahdi. Detik-detik menjelang kelahiran al-Mahdi, Hakimah tengah dilanda kantuk teramat sangat. Wanita ini baru terjaga ketika bayi  Al-Mahdi  menyentuhnya. "Kulihat seorang bayi bersujud di tanah. Lalu kupeluk dia ternyata bersih sekali. Lalu ayahnya memangilnya dan aku pun membawa bayi itu kepada ayahnya. Ayahnya berbincang-bincang dengan bayi itu dan berkata,"Bicaralah wahai anakku. Maka bayi itu pun berbicara, 'Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah." Selain itu, sewaktu dilahirkan  Al-Mahdi  langsung berlutut dan mengangkat jari telunjuknya menunjuk langit. Pada lengan kanannya terdapat lisan yang bercahaya "Telah datang kebenaran sirnalah kebatilan". Bayi itu pun sudah khitan sejak lahir.

Senada dengan kimah, az-Zuhri penganut mazhab Syiah yang juga pengikut Hasan al-Askarı menceritakan, "Aku melihat Mahdi. Dia adalah manusia yang paling rupawan dan paling harum. Dia tidak banyak bicara padaku kecuali ucapan beliau, "Terkutuk siapa saja yang menunda atau mengakhirkan shalat Isya sampai bintang-bintang berkumpul (sekitar tengah malam). Terkut yang mengakhirkan shalat Subuh sampai bintang-bintang lenyap (karena terbit matahari)." Itu lah cerita versi Hasan al-Askari mengenai Konsep Imam Mahdi bukan hanya datang dari kesaksian dan cerita-cerita. Akan tetapi, hadits-haditspun banyak menyokong kelanggengannya. Dari sekian banyak riwayat mengenai  Al-Mahdi , mazhab Syiahlah yang paling banyak meriwayatkannya. Sebagaimana yang dikatakan cendekiawan muslim asal Mesir, Rasyid Ridha. Tokoh pembaru ini menuliskan dalam karyanya, Tafsir al-Manar, bahwa konsep Imam Mahdi tidak lebih berasal dari besumber Syiah. Muhammad Labib Ahmad menjelaskan pula bahwa pada masa kerajaan Islam dipegang tokoh-tokoh Syiah, konsep mengenal Imam Mahdi banyak digembar-gemborkan. Ini dilakukan demi menyokong rezim yang tengah berkuasa. Kerajaan Muwahhidin (1055 M-1269) di Afrika Utara yang dipimpin oleh Muhammad bin Tumart salah satunya. Selain masa Muwahidin, sewaktu Abbasiah dan Muawiyah memegang tampuk pimpinan hadits-hadits seputar Imam Mahdi semakin marak beredar. Setiap rezim mengaku dengan merujuk hadits-hadits sosok Imam Mahdi akan keluar dari kalangannya masing-masing.

Muhammad Labib Ahmad juga mencatat bahwa khalifah kedua pemerintahan Bani Abasiah, Abu far al-Mansur, adalah orang yang pertama kali menggunakan konsep kemahdian sebagai alat mengukuhkan kekuasaannya.  Al-Mansur yang sebenarnya bernamna Abdullah, menggunakan namanya dan nama anaknya. Sebagai salah satu senjata untuk melestarikan jabatannya. la katakan kepada khalayak banyak Muhammad Bin Abdullah. Dialah Imam Mahdi yang harus diimani masyarakat. Tentu mereka percaya karena ada beberapa hadits yang menyebutkan bahwa Imam Mahdi adalah bemama Muhammad bin Abdullah. Selain itu, sewaktu al-Mansur akan dilantik, saudaranya telah mengangkat anaknya bernama Isa bin Muhammad bin Ali sebagai bakal khalifah ketiga pemerintahan Abbasiah setelah al-Mansur kelak meninggal dunia. Lain Syiah, lain pula pandangan Sunni atau ahli sunnah wal-jamaah. Kalangan ini tidak 'segencar' Syiah dalam menggembar- gemborkan konsep kemahdian. Mereka hanya sebatas meyakini bahwa konsep al-Mahdi adalah konsep yang sudah digariskan dalam agama. Didukung pula karena mereka kurang pula memainkan peranan politik. Di kalangan ahlu sunnah, nama Imam Mahdi adalah Muhammad bin Abdullah Seperti yang dipakai Abu Ja'far al-Mansur atau Ahmad bin Abdullah. Dengan merujuk Kepada hadits-hadits yang diriwayatkan oleh ulama hadits terkemuka seperti Abu Daud, At-Tirmizi, Ibn Majah, Imam Ahmad, Al-Hakim dan At-Tabrani, walau tidak diriwayat kan oleh Bukhari dan Muslim namun konsep Imam Mahdi telah tersebar luas di zaman keduanya.

Syeikh Islam Ibn Taimiyah juga mengakui akan kemunculan Imam Mahdi dalam buku keduanya. nya Al-Minhaj dalam juz keempat. Tetapi ada Derbedaan mengenai konsep kemunculan Imam Mahdi antara golongan Sunni dan Syi'ah. Bagi kalangan Sunni, Imam Mahdi adalah seorang laki-laki dari keturunan Rasulullah yang akan muncul pada akhir zaman sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits mengenai Imam Mahdi dan tanda-tanda kiamat. Kalangan ahli tasawuf pun seperti tidak mau ketinggalan. Menurut mereka Imam Mahdi adalah seorang ahli tasawuf dan wali yang ditunggu-tunggu. la dijuluki Khatamul Aulia (penutup wali-wali). Menurut Ibnu Arabi Imam Mahdi adalah keturunan Fatimah puteri Rasulullah yang kemunculannya akan terbukti setelah 68 tahun berlakunya Hijrah atau penghujung abad ketujuh Hijrah.

Banyaknya riwayat tentang Imam Mahdi rentan menimbulkan peluang pada masyarakat meyakiní riwayat tertentu, tanpa terlebih dulu menyaring dan mempelajarinya. Kendatí tidak sedikit riwayat yang mengartikan Imam Mahdi sesungguhnya Nabi lsa as. Bagaimanakah? Semoga pembaca masih terus mencermati persoalan ini, mari terus mengkaji dengan berbagai sumber yang ada.

Mau donasi lewat mana?

BRI - Saifullah (05680-10003-81533)

JAGO - Saifullah (1060-2675-3868)

BSI - Saifullah (0721-5491-550)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS